Kamis, 11 Juni 2015

UNSUR-UNSUR PENGAIT PARAGRAF



            Unsur-unsur pengait paragraf
    
             Pada artikel kal ini saya akan membahas unsur-unsur pengait paragraf, dimana unsur-unsur ini terdiri dari beberapa konjungsi, diantaranya yaitu pengait berupa konjungsi intrakalimat, pengait berupa konjungsi antarkalimat,pengait berupa konjungsi korelatif,dan pengait berupa preposisi,..
Nah, sebelum saya paparkan beberapa unsur tersebut, saya akan menjelaskan apa sih konjingsi itu,..
     Konjungsi atau kata penghubung merupakan kata yang bertugas menghubungkan atau menyambungkan ide atau pikiran yang ada dalam sebuah kalimat dengan ide atau pikiran pada kalimat yang lainnya.
             Konjungsi atau kata penghubung itu dapat dibedakan menjadi bermacam- macam, ada yang letaknya antarkalimat dan ada yang letaknya intrakalimat. Konjungsi antarkalimat di dalam sebuah paragraf bertugas untuk menyambungkan atau menghubungkan ide antara kalimat yang satu dan lainnya. Kata penghubung seperti ‘sebelumnya’ atau ‘selanjutnya’ atau ‘setelah itu’ atau ‘berikutnya’ jelas sekali dapat digunakan dalam posisi antarkalimat
1.               Pengait berupa Konjungsi Intrakalimat
Konjungsi intrakalimat pada kalimat-kalimat sebuah paragraf dapat menandai atau mengaitkan hubungan-hubungan berikut ini.
a.      Hubungan aditif (penjumlahan): dan, bersama, serta.
b.      Hubungan adversatif (pertentangan): tetapi, tapi, melainkan .
c.      Hubungan alternatif (pemilihan): atau, ataukah.
d.      Hubungan sebab: sebab, karena, lantaran, gara-gara.
e.      Hubungan akibat: hasilnya, akibatnya, akibat.
f.       Hubungan tujuan: untuk, demi, agar, biar, supaya.
g.      Hubungan syarat: asalkan, jika, kalau, jikalau.
h.      Hubungan waktu: sejak, sedari, ketika, sewaktu, waktu, saat, tatkala, selagi, selama,seraya, setelah, sesudah, seusai, begitu, hingga.
i.        Hubungan konsesif: sungguhpun, biarpun, meskipun, walaupun, sekalipun, kendatipun, betapapun.
j.        Hubungan cara: tanpa, dengan.
k.      Hubungan kenyataan: bahwa.
l.        Hubungan alat: dengan, tidak dengan, memakai, menggunakan, mengenakan, memerantikan.
m.    Hubungan ekuatif (perbandingan positif, perbandingan menyamakan): sebanyak, seluas, selebar, sekaya.
n.      Hubungan komparatif (perbandingan negatif, perbandingan membedakan): lebih dari, kurang dari, lebih sedikit daripada, lebih banyak daripada.
o.      Hubungan hasil: sampai, sehingga, maka, sampai-sampai.
p.      Hubungan atributif restriktif (hubungan): yang.
q.      Hubungan atributif tak restriktif (hubungar menerangkan tidak mewatasi) : yang (biasanya diawali dengan tanda koma).
r.        Hubungan andaian: andaikata, seandainya, andaikan, kalau saja, jika saja, jikalau, jika, bilamana, apabila, dalam hal, jangan-jangan, kalau-kalau.
s.       Hubungan optatif (harapan): mudah-mudahan, moga-moga, semoga, agar.
2.                    Pengait berupa Konjungsi Antarkalimat
   Konjungsi antarkalimat harus secara tegas dibedakan dari konjungsi intrakalimat. Di dalam konjungsi intrakalimat terdapat konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif seperti yang sudah dijelaskan terperinci pada bagian di depan tadi. Konjungsi intrakalimat beroperasi di dalam tataran kalimat itu. Berbeda dengan semuanya itu, konjungsi antarkalimat beroperasi pada tataran yang berada di luar kalimat itu sendiri.
   Dengan demikian, harus dikatakan bahwa yang dihubungkan arau dikaitkan itu adalah ide atau pikiran yang berada di dalam kalimat itu dengan ide atau pikiran yang berada di luar kalimat tersebut. Konjungsi tersebut menghubungkan antara ide yang ada dalam sebuah kalimat dan ide yang berada di dalam kalimat yang lain, konjungsi demikian itu disebut sebagai konjungsi antarkalimat.
   Adapun konjungsi antarkalimat yang mengemban hubungan-hubungan makna tertentu tersebut adalah sebagai berikut: ‘biarpun demikian’, ‘biarpun begitu’, ‘sekalipun demikian’, ‘sekalipun begitu’, ‘walaupun demikian’, ‘walaupun begitu’, ‘meskipun demikian’, ‘meskipun begitu’, ‘sungguhpun demikian’, 'sungguhpun begitu’, ‘kemudian’, 'sesudah itu’, ‘setelah itu’, ‘selanjutnya’, ‘tambahan pula’, ‘lagi pula’, ’selain itu’, ‘seba1iknya’, 'sesungguhnya’, ‘bahwasanya’, ‘malahan’, ‘malah’, ‘bahkan’,’akan tetapi’, ‘namun’, ‘kecuali itu’, ‘dengan demikian’, ‘oleh karena itu’, ‘oleh sebab itu’, ‘sebelum itu’.
       Lebih lanjut dapat ditegaskan bahwa konjungsi-konjungsi yang disebutkan di depan itu dapat menandai hubungan-hubungan makan berikut ini.
a.         Hubungan makna pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya: biarpun begitu, biarpun demikian, sekalipun demikian, sekalipun begitu, walaupundemikian, walaupunbegitu, meskipun demikian, sungguhpun begitu, sungguhpundemikian, sungguhpun begitu, namun, akan tetapi.
b.         Hubungan makna kelanjutan dari kalimat yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya: kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya.
c.         Hubungan makna bahwa terdapat peristiwa, hal, keadaan di luar dari yang dinyatakan sebelumnya: tambahan pula, lagi pula, selain itu.
d.        Hubungan makna kebalikan dari yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya: sebaliknya, berbeda dari itu, kebalikannya.
e.         Hubungan makna kenyataan yang sesungguhnya: sesungguhnya, bahwasanya, sebenarnya.
f.          Hubungan makna yang menguatkan keadaan yang disampaikan sebelumnya: malah, malahan, bahkan.
g.         Hubungan makna yang menyatakan keeksklusifan dan keinklusifan: kecuali itu.
h.         Hubungan makna yang menyatakan konsekuensi: dengan demikian.
i.           Hubungan makna yang menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya : sebelum itu.
3.               Pengait berupa Konjungsi Korelatif
       Konjungsi korelatif terdiri atas dua unsur yang dipakai berpasangan. Bentuk berpasangan demikian itu bersifat idiomatis, jadi tidak bisa dimodifikasi denganbegitu saja. Adapun contoh konjungsi korelatif tersebut adalah sebagai berikut: antara...dan, dari...hingga, dari...sampai dengan, dari...sampai ke, dari...sampai, dari....ke, baik...maupun, tidak hanya...tetapi juga, bukan hanya...melainkan juga, demihian....sehingga, sedemikian rupa...sehinga, apakah...atau, entah...entah, jangankan...pun.

4.               Pengait berupa Preposisi
       Preposisi atau kata depan dapat dikatakan sebagai kelas kata dalam sebuah bahasa yang sifatnya tertutup. Dikatakan tertutup karena jumlahnya terbatas dan tidak berkembang seperti kelas-kelas kata yang lainnya. Berbeda dengan konjungsi yang lazimnya diikuti oleh klausa, preposisi atau kata depan selalu diikuti oleh kata atau frasa. Preposisi atau kata depan itu juga menandai hubungan makna antara kata atau frasa yang mengikutinya, dengan kara atau frasa lain yang ada di dalam kalimat itu.
       Dengan demikian, hubungan makna demikian itu perlu pula dicermati dan diperhatikan dalam kerangka penyusunan paragraf yang efektif ini.
       Berikut ini hubungan-hubungan makna yang dinyatakan oleh proporsi atau kata depan.
a.         Hubungan makna keberadaan: di, pada, di dalam, di atas, di tengah, di bawah, di luar, di sebelah, di samping.
b.         Hubungan makna asal: dari, dari dalam, dari luar, dari atas, dari bawah, dari samping, dari belakang, dari muka.
c.         Hubungan makna arah: ke, menuju, ke daram, ke luar, ke samping, ke atas, ke muka, kepada.
d.        Hubungan makna alat: dengan, tanpa dengan.
e.         Hubungan makna kepesertaan: dengan, bersama.
f.          Hubungan makna cara: secara, dengan,
g.         Hubungan makna peruntukan: untuk, bagi, demi.
h.         Hubungan makna sebab atau alasan: karena, sebab.
i.           Hubungan makna perbandingan: daripada, ketimbang.
j.           Hubungan makna pelaku perbuatan atau agentif: oleh.
k.         Hubungan makna batas: hingga, sampai.
l.           Hubungan makna perihwalan: tentang, mengenai, perihal, ihwal.

0K DECHH,.. mungkin hanya itu saja yang dapat saya paparkan dalam artikel kai ini, atas segala kekurangan saya mohon maaf, dan atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar