Unsur-unsur
pengait paragraf
Pada artikel kal ini saya akan membahas unsur-unsur pengait paragraf, dimana unsur-unsur ini terdiri dari beberapa konjungsi, diantaranya yaitu pengait berupa konjungsi intrakalimat, pengait berupa konjungsi antarkalimat,pengait berupa konjungsi korelatif,dan pengait berupa preposisi,..
Nah, sebelum saya paparkan beberapa unsur tersebut, saya akan menjelaskan apa sih konjingsi itu,..
Konjungsi
atau kata penghubung merupakan kata yang bertugas menghubungkan atau menyambungkan
ide atau pikiran yang ada dalam sebuah kalimat dengan ide atau pikiran pada
kalimat yang lainnya.
Konjungsi
atau kata penghubung itu dapat dibedakan menjadi bermacam- macam, ada yang
letaknya antarkalimat dan ada yang letaknya intrakalimat. Konjungsi
antarkalimat di dalam sebuah paragraf bertugas untuk menyambungkan atau
menghubungkan ide antara kalimat yang satu dan lainnya. Kata penghubung seperti
‘sebelumnya’ atau ‘selanjutnya’ atau ‘setelah itu’ atau ‘berikutnya’ jelas
sekali dapat digunakan dalam posisi antarkalimat
1.
Pengait berupa Konjungsi Intrakalimat
Konjungsi intrakalimat pada
kalimat-kalimat sebuah paragraf dapat menandai atau mengaitkan
hubungan-hubungan berikut ini.
a. Hubungan
aditif (penjumlahan): dan, bersama,
serta.
b.
Hubungan adversatif (pertentangan): tetapi,
tapi, melainkan .
c.
Hubungan alternatif (pemilihan): atau,
ataukah.
d.
Hubungan sebab: sebab, karena, lantaran,
gara-gara.
e.
Hubungan akibat: hasilnya, akibatnya,
akibat.
f.
Hubungan tujuan: untuk,
demi, agar, biar, supaya.
g.
Hubungan syarat: asalkan,
jika, kalau, jikalau.
h.
Hubungan waktu: sejak, sedari, ketika,
sewaktu, waktu, saat, tatkala, selagi, selama,seraya, setelah, sesudah, seusai,
begitu, hingga.
i.
Hubungan konsesif: sungguhpun, biarpun,
meskipun, walaupun, sekalipun, kendatipun, betapapun.
j.
Hubungan cara: tanpa, dengan.
k.
Hubungan kenyataan: bahwa.
l.
Hubungan alat: dengan, tidak dengan,
memakai, menggunakan, mengenakan, memerantikan.
m.
Hubungan ekuatif (perbandingan positif, perbandingan menyamakan): sebanyak, seluas, selebar, sekaya.
n.
Hubungan komparatif (perbandingan negatif, perbandingan membedakan): lebih dari, kurang dari, lebih sedikit
daripada, lebih banyak daripada.
o.
Hubungan hasil: sampai, sehingga, maka,
sampai-sampai.
p.
Hubungan atributif restriktif (hubungan): yang.
q.
Hubungan atributif tak restriktif (hubungar menerangkan tidak mewatasi) : yang (biasanya diawali dengan tanda
koma).
r.
Hubungan andaian: andaikata, seandainya,
andaikan, kalau saja, jika saja, jikalau, jika, bilamana, apabila, dalam hal,
jangan-jangan, kalau-kalau.
s.
Hubungan optatif (harapan): mudah-mudahan,
moga-moga, semoga, agar.
2.
Pengait berupa Konjungsi Antarkalimat
Konjungsi
antarkalimat harus secara tegas dibedakan dari konjungsi intrakalimat. Di dalam
konjungsi intrakalimat terdapat konjungsi koordinatif dan konjungsi
subordinatif seperti yang sudah dijelaskan terperinci pada bagian di depan
tadi. Konjungsi intrakalimat beroperasi di dalam tataran kalimat itu. Berbeda
dengan semuanya itu, konjungsi antarkalimat beroperasi pada tataran yang berada
di luar kalimat itu sendiri.
Dengan
demikian, harus dikatakan bahwa yang dihubungkan arau dikaitkan itu adalah ide
atau pikiran yang berada di dalam kalimat itu dengan ide atau pikiran yang
berada di luar kalimat tersebut. Konjungsi tersebut menghubungkan antara ide
yang ada dalam sebuah kalimat dan ide yang berada di dalam kalimat yang lain,
konjungsi demikian itu disebut sebagai konjungsi antarkalimat.
Adapun
konjungsi antarkalimat yang mengemban hubungan-hubungan makna tertentu tersebut
adalah sebagai berikut: ‘biarpun
demikian’, ‘biarpun begitu’, ‘sekalipun demikian’, ‘sekalipun begitu’,
‘walaupun demikian’, ‘walaupun begitu’, ‘meskipun demikian’, ‘meskipun begitu’,
‘sungguhpun demikian’, 'sungguhpun begitu’, ‘kemudian’, 'sesudah itu’, ‘setelah
itu’, ‘selanjutnya’, ‘tambahan pula’, ‘lagi pula’, ’selain itu’, ‘seba1iknya’,
'sesungguhnya’, ‘bahwasanya’, ‘malahan’, ‘malah’, ‘bahkan’,’akan tetapi’,
‘namun’, ‘kecuali itu’, ‘dengan demikian’, ‘oleh karena itu’, ‘oleh sebab itu’,
‘sebelum itu’.
Lebih lanjut dapat ditegaskan bahwa
konjungsi-konjungsi yang disebutkan di depan itu dapat menandai
hubungan-hubungan makan berikut ini.
a.
Hubungan makna pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya: biarpun begitu, biarpun demikian, sekalipun
demikian, sekalipun begitu, walaupundemikian, walaupunbegitu, meskipun
demikian, sungguhpun begitu, sungguhpundemikian, sungguhpun begitu, namun, akan
tetapi.
b.
Hubungan makna kelanjutan dari kalimat yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya: kemudian, sesudah itu, setelah itu,
selanjutnya.
c.
Hubungan makna bahwa terdapat peristiwa, hal, keadaan di luar dari yang
dinyatakan sebelumnya: tambahan pula,
lagi pula, selain itu.
d.
Hubungan makna kebalikan dari yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya: sebaliknya, berbeda dari itu, kebalikannya.
e.
Hubungan makna kenyataan yang sesungguhnya: sesungguhnya,
bahwasanya, sebenarnya.
f.
Hubungan makna yang menguatkan keadaan yang disampaikan sebelumnya: malah, malahan, bahkan.
g.
Hubungan makna yang menyatakan keeksklusifan dan keinklusifan: kecuali itu.
h.
Hubungan makna yang menyatakan konsekuensi: dengan
demikian.
i.
Hubungan makna yang menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan
sebelumnya : sebelum itu.
3.
Pengait berupa Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif terdiri atas dua
unsur yang dipakai berpasangan. Bentuk berpasangan demikian itu bersifat
idiomatis, jadi tidak bisa dimodifikasi denganbegitu saja. Adapun contoh
konjungsi korelatif tersebut adalah sebagai berikut: antara...dan, dari...hingga, dari...sampai dengan, dari...sampai ke,
dari...sampai, dari....ke, baik...maupun, tidak hanya...tetapi juga, bukan
hanya...melainkan juga, demihian....sehingga, sedemikian rupa...sehinga,
apakah...atau, entah...entah, jangankan...pun.
4.
Pengait berupa Preposisi
Preposisi atau kata depan dapat dikatakan
sebagai kelas kata dalam sebuah bahasa yang sifatnya tertutup. Dikatakan
tertutup karena jumlahnya terbatas dan tidak berkembang seperti kelas-kelas
kata yang lainnya. Berbeda dengan konjungsi yang lazimnya diikuti oleh klausa,
preposisi atau kata depan selalu diikuti oleh kata atau frasa. Preposisi atau
kata depan itu juga menandai hubungan makna antara kata atau frasa yang
mengikutinya, dengan kara atau frasa lain yang ada di dalam kalimat itu.
Dengan demikian, hubungan makna demikian
itu perlu pula dicermati dan diperhatikan dalam kerangka penyusunan paragraf
yang efektif ini.
Berikut ini hubungan-hubungan makna yang
dinyatakan oleh proporsi atau kata depan.
a.
Hubungan makna keberadaan: di, pada, di
dalam, di atas, di tengah, di bawah, di luar, di sebelah, di samping.
b.
Hubungan makna asal: dari, dari dalam,
dari luar, dari atas, dari bawah, dari samping, dari belakang, dari muka.
c.
Hubungan makna arah: ke, menuju, ke
daram, ke luar, ke samping, ke atas, ke muka, kepada.
d.
Hubungan makna alat: dengan, tanpa
dengan.
e.
Hubungan makna kepesertaan: dengan,
bersama.
f.
Hubungan makna cara: secara, dengan,
g.
Hubungan makna peruntukan: untuk, bagi,
demi.
h.
Hubungan makna sebab atau alasan: karena,
sebab.
i.
Hubungan makna perbandingan: daripada,
ketimbang.
j.
Hubungan makna pelaku perbuatan atau agentif: oleh.
k.
Hubungan makna batas: hingga, sampai.
l.
Hubungan makna perihwalan: tentang,
mengenai, perihal, ihwal.
0K DECHH,.. mungkin hanya itu saja yang dapat saya paparkan dalam artikel kai ini, atas segala kekurangan saya mohon maaf, dan atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar